Topeng
Cirebon adalah topeng yang terbuat dari kayu
yang cukup lunak dan mudah dibentuk namun tetap dibutuhkan ketekunan,
ketelitian yang tepat, serta membutuhkan waktu yang tidak sebentar dalam proses
pembuatannya. Bahkan seorang pengrajin yang sudah ahli pun untuk membuat satu
topeng membutuhkan waktu hingga satu hari, menurut keterangan dari Ki Kandeg
(ahli pembuat topeng Cirebon) pada masa lalu kayu yang biasa digunakan
adalah kayu Jaran, kayu Waru, kayu Mangga dan kayu Lame. Topeng ini biasanya digunakan untuk kesenian-kesenian
yang berhubungan dengan kedok (bahasa Indonesia : topeng)
diantaranya adalah kesenian tari Topeng Cirebon. Topeng Cirebon dibuat oleh seorang ahli kedok yang
cukup mumpuni, biasanya keahlian para ahli kedok berkembang
seiring dengan perkembangan kesenian-kesenian yang berhubungan dengan kedok tersebut
dimana keahliannya diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Salah satu yang terkenal diantaranya adalah Ki Waryo
putera dari maestro kesenian Cirebon Ki Empek.
Pada
masa awal munculnya kesenian topeng Cirebon terutama pada masa kesultanan Cirebon kesenian yang berkaitan dengan topeng atau kedok merupakan
kesenian yang bernafaskan Islam karena digunakan sebagai sarana dakwah.
Topeng pada masa kesultanan Cirebon
Pada
masa kekuasaan Sunan Gunung Jati di kesultanan Cirebon kesenian topeng dikaitkan dengan dakwah Islam, Sunan
Gunung Jati melakukan pendekatan-pendekatan yang persuasif dengan masyarakat,
salah satunya adalah dengan kesenian Topeng Cirebon.
Pada
masa yang sama, Sunan Kalijaga juga membantu penyebaran dakwah Islam dengan
menggunakan kesenian topeng Cirebon, menurut budayawan Cirebon Toto Suanda,
Sunan Kalijaga mengajarkan kepada murid-muridnya yaitu Pangeran Bagusan, Ki buyut
Trusmi dari desa Trusmi, kecamatan Plered, kabupaten Cirebon dan Pangeran Losari tentang kesenian topeng Cirebon,
dari merekalah kemudian kesenian topeng Cirebon menyebar ke wilayah Indramayu,
Majalengka dan wilayah-wilayah lainnya yang kemudian berkembang menjadi
pelengkap penampilan dari gaya-gaya tari Topeng Cirebon.
FILOSOFI TOPENG
CIREBON
Topeng dalam filosofi kebudayaan
Cirebon tidak hanya dipandang sebagai kedok (bahasa
Indonesia : topeng) dalam artian penutup wajah, namun dipandang sebagai
hiasan yang dipasang menempel pada bagian depan sorban (bahasa
Indonesia : penutup kepala), hal tersebut terbukti dengan adanya ungkapan
di masyarakat Cirebon yang berbunyi ketop-ketop gopeng (bahasa
Indonesia : hiasan pada bagian depan sorban) yang dibenarkan
oleh mimi Wangi Indriya (maestro tari Topeng Cirebon gaya Tambi).
CARA
PEMBUATAN
Langkah-langkah pembuatan topeng Cirebon adalah sebagai berikut:
1) Kayu gelondongan dibentuk segitiga dan dihaluskan permukaannya
2) Mulai dipahat sedikit demi sedikit terutama untuk peletakan bagian- bagian wajah seperti mata, pipi, dan bibir. Bagian hidung harus lebih timbul dari bagian lainnya
3) Setiap permukaan wajah mulai dibentuk dengan menggunakan pahat
4) Setelah cukup rapi, seluruh permukaan wajah diolesi cat dasar, kemudian diamplas.
5) Setelah cat kering, mulailah wajah topeng itu didandani dengan menggunakan cat warna. Tentu saja disesuaikan dengan jenis topengnya.
JENIS TOPENG
Semua jenis topeng ini akan
dikenakan pada saat pementasan tari topeng Cirebonan yang diiringi dengan
gamelan. Tepeng Cirebon yang paling pokok ada lima yang disebut juga Topeng
Panca Wanda :
·
Panji, wajahnya yang putih bersih melambangkan kesucian bayi yang
baru lahir
·
Samba
(Pamindo), topeng anak-anak yang berwajah
ceria, lucu, dan lincah
·
Rumyang, wajahnya menggambarkan seorang remaja
· Patih
(Tumenggung), topeng ini menggambarkan orang
dewasa yang berwajah tegas, berkepribadian, serta bertanggung jawab
·
Kelana
(Rahwana), topeng yang menggambarkan
seseorang yang sedang marah
Kelima karakter tari topeng Cirebon bila
dikaitkan dengan pendekatan ajaran agama Islam dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Topeng Panji, merupakan
akronim dari kata MAPAN ning kang SIJI, artinya tetap kepada satu yang Esa
atau dengan kata lain Tiada Tuhan selain Allah SWT.
- Topeng Samba, Berasal
dari kata SAMBANG atau SABAN yang artinya setiap. Maknanya bahwa setiap
waktu kita diwajibkan mengerjakan segala Perintah- NYA.
- Topeng Rumyang, Berasal dari kata Arum / Harum dan Yang / Hyang (Tuhan). Maknanya bahwa
kita senantiasa mengharumkan nama Tuhan yaitu dengan Do’a dan dzikir
- Topeng Temenggung, Memberikan kebaikan kapada sesama manusia, saling menghormati dan
senantiasa mengembangkan silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh
- Topeng Klana, Kelana artinya Kembara atau Mencari. Bahwa dalam hidup ini kita wajib
berikhtiar.
Selain lima topeng yang ada biasa
ditampilkan, menurut Ki Waryo (maestro tari Topeng Cirebon gaya Palimanan) pada
masa lalu didalam gaya Palimanan juga dipentaskan tarian Ratu Kencana Wungu
yang dibuktikan dengan keberadaan topeng ini yang tersimpan pada dalang tari
Topeng Cirebon gaya Palimanan.
PEWARISAN
KEAHLIAN
Pewarisan keahlian pembuatan topeng
Cirebon biasanya dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi yang
sudah berjalan selama ratusan tahun dan ada pula proses pewarisan keahlian yang
dilakukan dengan cara pembelajaran dari guru ke muridnya.
TUKANG
KEDOK
Ki Sujana
Priya salah satu dari beberapa tukang kedok (bahasa
Indonesia : ahli pembuat topeng) di Cirebon, keterampilan membuat kedok dia
pelajari dari Ki Kandeg sekaligus sebagai pelaku Wayang Wong
gaya Cirebon.
Ki Waryo, putera dari Ki Empek
(maestro kesenian Cirebon). Ki Waryo mewarisi bakat
keluarganya sebagai seniman multi kesenian di Cirebon, salah satu
keahlian Ki Waryo adalah membuat kedok Cirebon.
Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan kita tentang Tari Topeng Cirebon. Terimakasih atas dukungan dan apresiasi kalian terhadap artikel ini ayo kita berjumpa lagi di artikel selanjutnya.
0 Komentar