Sejarah kesenian tari tradisional
topeng priangan
Istilah
topeng Priangan dimaksudkan untuk menyebut jenis tari topeng di luar Cirebon.
Istilah ini muncul belakangan setelah kehidupan tari di daerah ini banyak
dipengaruhi oleh tari-tarian topeng Cirebon. Istilahnya diperkirakan muncul
setelah kemerdekaan Indonesia, yakni setelah para koreografer tari Sunda,
terutama Tjetje Somantri, membuat beberapa tari topeng yang bersumber dari tari
topeng Cirebon. Keterangan lama dari Pigeaud bisa dirujuk sebagai dasar
dimulainya denyut kehidupan topeng di daerah Priangan yang dimulai dari
Sumedang. “Sepanjang yang dapat saya telusuri, pertunjukan wayang-wong dengan
topeng adanya belum lama, dibandingkan dengan ’topeng’. Perkembangan ‘wayang
wong’ erat hubungannya dengan perkembangan wayang golek. Karena hendak meniru wayang
bendo, maka Pangeran Aria Surdjakoesoemahadinata, mantan Bupati Sumedang,
mempunyai ide untuk membuatkan boneka-boneka semacam itu, akan tetapi
tokoh-tokohnya dari wayang kulit, jadi dari lakon-lakon cerita Ramayana dan
Mahabarata. Tidak lama kemudian datang penari-penari terkenal dari Cirebon,
yang mempertunjukkan lakon Panji dan lakon Menak, di mana mereka menggunakan
topeng. Pangeran tersebut, yang gemar sekali akan wayang dan segala sesuatu
yang ada kaitannya dengan wayang, kemudian menyuruh para penarinya (wanita)
belajar mempertunjukkan lakon-lakon dari kedua epos tersebut. Untuk menutupi
wajah wanita-wanita itu mereka disuruh memakai topeng. Sebagai tutup kepala
para pemain itu memakai makuta dari tembaga atau kaleng.
Sumedang memang dari dulu menjadi tempat persinggahan para
pengamen (wong bebarang) topeng dari Cirebon. Dalam salah satu tulisannya
R.Tjetje Somantri menerangkan sebagai berikut:
Sumedang memang dari dulu menjadi tempat persinggahan para pengamen (wong
bebarang) topeng dari Cirebon. Dalam salah satu tulisannya R.Tjetje Somantri
menerangkan sebagai berikut:
Di taun
1900-na Sumedang, Bandung, Garut sareng Tasikmalaya sok kadongkapan rombongan
Topeng ti Tjirebon. Nu Djadi dalangna (nu nopengna) duaan, nja eta Bapa Kontjer
sareng Bapa Wentar. Ieu topeng teu kinten padjengna ku tina saena, malah sok
sering ditanggap di kabupaten. Lami2 seueur para nonoman nu kabaritaeun
harojong ngiring ariasa ngibing; nja ladjeng galuguru ka Bapa Kontjer sareng
Bapa Wentar tadi. (Dari tahun 1900-an Sumedang, Bandung, Garut dan Tasikmalaya
seringkali kedatangan rombongan topeng dari Cirebon. Dua orang yang menjadi
dalang (penari), yaitu Bapak Koncer dan Bapak Wentar. Karena bagusnya, topeng
ini sangat laris dan seringkali ditanggap di kabupaten. Lama-lama banyak kaum
muda yang ingin belajar menari, mereka berguru kepada Bapak Koncer dan Bapak
Wentar tadi).
Tradisi
topeng pada umumnya memang hidup di belahan utara Jawa Barat. Cirebon adalah
pusatnya dan tersebar ke berbagai pelosok Jawa Barat melalui kegiatan wong
bebarang. Adapun sebutan topeng Priangan pada dasarnya dimaksudkan untuk
menegaskan perpedaan penyajian dengan topeng lainnya, karena pertunjukan topeng
di masing-masing daerah mempunyai sebutannya sendiri. Misalnya topeng banjet,
topeng Betawi, topeng Cisalak, dan sebagainya. Topeng Priangan hanyalah
beberapa tarian ‘lepas’ hasil rekomposisi para koreografer tari Sunda dari
topeng Cirebon. Pertunjukannya tidak mengenal susunan karakterisasi seperti
halnya topeng Cirebon. Tari topeng Koncaran, tari topeng Menak Jingga, karya
Tjetje Somantri misalnya, adalah tari topeng yang tidak terkait dengan sebuah
tahapan karakterisasi. Demikian pula tari-tari topeng karya Nugraha Sudiredja
yang muncul pada sekitar pertengahan tahun 70-an, adalah tari-tarian lepas,
sama halnya dengan tari-tari topeng yang diciptakan Tjetje Somantri. Tari
topeng Kencana Wungu, misalnya, adalah tari Topeng Pamindo gaya Palimanan yang
direkomposisi oleh Nugraha Sudiredja. Demikian pula tari topeng Tumenggung,
tari topeng Tilu Watak, pada dasarnya adalah rekomposisi dari tari-tarian
topeng Cirebon yang semangat dan estetikanya dipriangankan.
Bentu karya
tari topeng.
Tari topeng Cirebon adalah salah
satu tarian di wilayah kesultanan Cirebon. Tari Topeng Cirebon, kesenian
ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon,
termasuk Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari,
dan Brebes. Disebut tari topeng, karena penarinya
menggunakan topeng di saat menari. Pada pementasan tari Topeng
Cirebon, penarinya disebut sebagai dalang, dikarenakan mereka memainkan
karakter topeng-topeng tersebut.
Tari topeng ini sendiri banyak sekali
ragamnya dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin
disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh satu penari tarian solo, atau
bisa juga dimainkan oleh beberapa orang.
Thomas Stamford Raffles dalam bukunya
The History of Java mendeskripsikan bahwa kesenian topeng Cirebon merupakan
penjabaran dari cerita Panji dimana dalam satu kelompok kesenian topeng terdiri
dari dalang (yang menarasikan kisahnya) dan enam orang pemuda yang
mementaskannya diiringi oleh empat orang musisi gamelan.
Jumlah anggota dalam pertunjukan tari
topeng.
Total jumlah topengnya ada sembilan,
yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lima topeng pokok (panji, samba
atau pamindo, rumyang, tumenggung atau patih, kelana atau rahwana)
dan empat topeng lainnya lainnya (pentul, nyo atau sembelep, jingananom
dan aki-aki) digunakan jika lakon yang dimainkan berjudul Jaka Blowo, Panji
Blowo, atau Panji Gandrung.
0 Komentar