SENI TARI DI
KALANGAN REMAJA
Di era globalisasi ini perlahan
kebudayaan kita mulai luntur bahkan menghilang terutama dikalangan remaja saat
ini. Salah satu penyebabnya yaitu globalisasi. Proses globalisasi yang sangat
cepat perlahan mulai menggeser nilai kebudayaan kita terutama di kalangan
remaja saat ini. Sebagian besar remaja saat ini sudah tidak mencintai
kebudayaannya sendiri, bahkan boleh di katakana lebih mencintai kebudayaan
bangsa asing.
Seperti contoh remaja zaman
sekarang banyak yang tidak mengetahui tari rantak,tari tor-tor, tari kecak dan
sebagainya. Mereka lebih mengetahui tari-tari yang kini sedang popular seperti
goyang itik, atau gangnam style yang bukan hasil kebudayaan kita.
Remaja masa kini seolah tidak mengenal
tari-tari dari daerahnya sendiri. Padahal itu merupakan identitas kita sebagai
bangsa Indonesia bahkan dapat dikatakan sebagai aset yang harus dikembangkan
dan di pertahankan. Sebagai generasi penerus, hendaknya kita menjaga bahkan
melestarikan tari tradisional yang ada di negara kita ini. Karena jika tidak
kita jaga dan pelihara, maka akan dengan mudah tari-tari tradisi kita akan
diklaim oleh negara-negara lain.
Seiring dengan perkembangan zaman,
banyak sekali tari-tari modern yang berkembang dan diminati oleh kaum remaja
saat ini. Famour tari tradisi seakan redup dengan adanya tari-tari modern saat
ini. Salah satu faktor penyebab lunturnya minat tari tradisi di kalangan remaja
yaitu “ gengsi “.
Mereka menganggap bahwa tradisi itu
kuno, tradisi itu kolot dan tidak modern. Padahal pada keyataannya tidak
seperti itu. Pola pikir remaja zaman sekarang memang berbeda, karena sudah
terpengaruh oleh globalisasi. Nasib bangsa Indonesia dan nilai-nilai
kebudayaannya sangat tergantung kepada budaya tradisional kita yang lambat laun
terus luntur bahkan hilang dan mengalami degradasi.
Sebagai generasi penerus, hendaknya
kita menjaga bahkan melestarikan kebudayaan tradisional kita sendiri agar
nilai-nilai kebudayaannya dapat di wariskan kepada anak cucu kita nanti. Kini
masyarakat Indonesia sedang mengalami krisis kebudayaan terutama kalangan
remaja. Hal ini disebabkan karena kebudayaan tradisional kita dibiarkan merana
dan tidak terawat.
Modernisasi yang dinggap sebagai
westernisasi ( pembaratan ) telah menggerus budaya tradisional terutama
tari-tari tradisi yang ada di Indonesia. Kemelut yang terjadi di Indonesia
dikarenakan hilangnya kebudayaan asli bangsa Indonesia yang telah
terkontaminasi oleh budaya barat. Sehingga bangsa ini seperti kehilangan jati
diri budayanya terutama kalangan remaja. Mereka tidak sadar bahwa mereka tengah
berada para krisis kebudayaan. Lebih ironis lagi ketika para remaja zaman
sekarang tidak mengetahui tari-tari tradisi asli bangsa sendiri.
Ketika mereka belajar untuk menarikan tari tradisi gairah atau
semangatnya seperti tidak ada bahkan kosong. Karena mereka beranggapan bahwa
tari tradisi hanya pantas untuk ditarikan oleh para orang tua zaman dulu, para
bangsawan dan saudagar zaman dahulu.
Namun kini pada kenyataannya tidak
seperti itu. Tari – tari tardisional asli bangsa Indonesia seharusnya
dikembangkan dan dilestariakn oleh remaja-remaja masa kini sebagai generasi
penerus. Karena jika tidak kita sebagai generasi penerus akan terus kehilanagan
jati diri sebagai remaja yang mencintai bangsanya sendiri.
Sebenarnya jika kebudayaan asli
kita yang sangat banyak ini dapat kita manfaatkan dengan baik, dapat menjadi
penyumbang pendapatan negara kita yang cukup besar dengan menjadikan budaya
asli kita sebagai objek wisata seperti pementasan tari melayu yang di gelar
oleh salah satu perguruan tinggi di Bandung yang di tarikan oleh puluhan remaja
dan mahasiswa yang kemudian mampu menghasilkan keuntungan sekaligus memperkenalkan budaya kita kepada para
wisatawan atau pengunjung.
Dari peristiwa tersebut kita selaku
remaja seharusnya merasa bangga karena mampu memperkenalakan dan melestarikan
budaya asli bangsa kita sendiri. Namun kiranya rasa bangga itu kurang disadari
oleh remaja kita saat ini. Dan itu mengundang rasa prihatin kita sebagai
generasi penerus yang sepertinya melupakan kebudayaan atau tari-tari tradisi
asli bangsa kita.
Lunturnya minat tari tradisi ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :
a. Globalisasi ( penyebaran informasi
secara cepat )
b. Westernisasi ( pengaruh budaya barat )
c. Modernisasi
d. Trend masa kini
e. Perkembangan zaman
f. Gengsi yang tinggi
Budaya bangsa yang luntur dan
rapuh harus kita kembalikan agar kamelut- kamelut bangsa kita ini menjadi
sirna. Untuk mengembalikan kebudayaan bangsa kita yang luntur tentunya
diperlukan kesadaran masyarakat terutama para remaja. Bahwa budaya bangsa kita
adalah harta yang tak ternilai harganya yang dapat mengembalikan negara kita
yang penuh dengan ketentraman, ketenangan dan pandangan dunia bahwa bangsa kita
adalah bangsa yang selalu menghargai kebudayaan bangsanya. Wajah keindonesiaan
yang dicirikan dengan budaya “ bersama” kini tak lagi relevan. Lambat laun tapi
pasti, kita kehilangan gairah untuk hidup bersama- sama. Tantangan besar bangsa
ini adalah bagaimana agar anak negri ini kembali “ bersama” untuk tetap menjaga
dan melestarikan budaya Indonesia.
Perkembangan khazanah seni tari
di bumi Minangkabau seakan tidak pernah surut meskipun zaman terus berubah. Di
samping berbagai tarian tradisional yang tetap lestari hingga kini, berbagai
tari kreasi baru pun bermunculan.
Salah satu diantara tari kreasi
baru dari para koreografer tari Minangkabau adalah tari bersukaria. Tarian ini
merupakan karya yang lahir dari proses kreatif para seniman tari asal Kabupaten
Solok Selatan. Tari bersukaria mengambil inspirasi dari keceriaan dan energi
masa muda para gadis remaja di Minangkabau. Dalam tata gerak yang penuh
semangat, para penari mencoba mengekspresikan nuansa tersebut kehadapan para
penonton yang menyaksikannya.
Tari bersukaria melambangkan
aktivitas keseharian para muda-mudi Minangkabau yang digambarkan penuh dengan
keceriaan. Hal ini ditafsirkan secara visual dengan sekelompok gadis yang
menari secara berpasangan. Dalam ritme gerakan yang cepat, para gadis ini
saling berputar, bergerak maju-mundur, melenggak-lenggok secara bergantian.
Tidak ketinggalan, segaris senyum mengiringi gerakan mereka di sepanjang
tarian. Seakan ingin mempertegas nuansa keindahan yang coba untuk ditampilkan
kehadapan para penonton.
Ritme gerak yang cepat dalam
tarian ini terbentuk oleh komposisi musik bertempo cepat yang mengiringinya.
Musik pengiring dari tari ini adalah penggabungan kombinasi bunyi dari
instrumen musik tradisional dan modern.
Beberapa instrumen yang digunakan
diantaranya, talempong, gendang, akordeon, bas, dan drum. Diantara beberapa
instrumen tersebut, talempong berfungsi dominan untuk membentuk tempo.
Sedangkan akordeon berfungsi memberi warna melodi yang dinamis pada tarian ini.
Seakan ingin menjawab tuntutan
zaman, tari kreasi baru ini menggabungkan karakter koreografi klasik dengan
unsur-unsur seni kontemporer sehingga melahirkan karya yang lebih segar dan
bisa diterima oleh masyarakat saat ini. Proses pengembangan tari kreasi ini pun
memberi warna baru yang semakin memperkaya perbendaharaan aset kebudayaan
masyarakat Minangkabau.
Tari bersukaria mengambil
inspirasi dari keceriaan dan energi masa muda para gadis remaja di Minangkabau.
Dalam tata gerak yang penuh semangat, para penari mencoba mengekspresikan
nuansa tersebut kehadapan para penonton yang menyaksikannya.Tari bersukaria
melambangkan aktivitas keseharian para muda-mudi Minangkabau yang digambarkan
penuh dengan keceriaan. Hal ini ditafsirkan secara visual dengan sekelompok
gadis yang menari secara berpasangan. Dalam ritme gerakan yang cepat, para
gadis ini saling berputar, bergerak maju-mundur, melenggak-lenggok secara
bergantian. Tidak ketinggalan, segaris senyum mengiringi gerakan mereka di
sepanjang tarian. Seakan ingin mempertegas nuansa keindahan yang coba untuk
ditampilkan kehadapan para penonton.Ritme gerak yang cepat dalam tarian ini
terbentuk oleh komposisi musik bertempo cepat yang mengiringinya. Musik
pengiring dari tari ini adalah penggabungan kombinasi bunyi dari instrumen
musik tradisional dan modern.Beberapa instrumen yang digunakan diantaranya,
talempong, gendang, akordeon, bas, dan drum. Diantara beberapa instrumen
tersebut, talempong berfungsi dominan untuk membentuk tempo. Sedangkan akordeon
berfungsi memberi warna melodi yang dinamis pada tarian ini.
1 Komentar
WOWWWWWW
BalasHapus