TOPENG GEGOT

Tari Topeng Gegot adalah salah satu tarian yang ditampilkan dalam pentas teater rakyat Topeng Betawi. Tarian ini diciptakan oleh Mak Kinang dan Kong Djiun pada tahun 1935-an, setelah mereka melahirkan tari Topeng Tunggal. Tampilnya tari Topeng Gegot dalam rangkaian pentas Topeng Betawi adalah sebagai penanda bahwa pertunjukan Lakon Bapak Jantuk (LBJ) yang berkisah tentang keluarga Jantuk akan segera dimulai. Pada saat diciptakan, gerakan tari Topeng Gegot tidak dibakukan, sifatnya anonim yaitu tidak mempunyai bentuk tarian yang khusus. Tari Topeng Gegot dibawakan oleh seorang penari yang menggunakan topeng berwarna putih. Ia menari mengikuti lagu yang syairnya berbentuk sajak, dan gerakannya mengikuti sajak tersebut sehingga gerak tarinya tidak menentu serta durasi tarian juga tidak jelas. Setiap kali pentas gerakan tarinya tidak sama, begitu juga dengan durasinya karena tergantung panjang pendeknya sajak yang dilagukan. Tarian ini sebenarnya juga diiringi musik, tetapi meskipun sudah ada alat musik sebagai pengiring sajak namun gerak dan durasi tari Topeng Gegot tetap tidak konsisten.
Tari Topeng Gegot mengalami perubahan bentuk untuk pertama kalinya di tahun 1973, yaitu saat Topeng Betawi dengan lakon Jantuk akan dipentaskan di Gedung Merdeka dalam sebuah Festival di kota Bandung. Awalnya tari Topeng Tunggal menjadi tarian pembuka, tetapi Mak Kinang dan Kong Jiun yang terbiasa membawakannya secara duet merasa tidak sanggup karena faktor usia. Tari Topeng Gegot kemudian diputuskan sebagai penggantinya, namun muncul kebingungan karena sejak awal tari Topeng Gegot ditarikan tanpa gerak yang baku. Akhirnya anak-anak Mak Kinang dan Kong Jiun (Kisan, Warta, Haji Dali) menata ulang gerak dan alur tari berdasarkan gerakan yang sudah ada, serta mulai menggunakan hitungan agar kelak dapat dipelajari oleh orang lain. Mengingat tari Topeng Gegot mempunyai kesinambungan dengan tari Topeng Tunggal yang menggunakan tiga topeng, maka agar tidak terlalu jauh perbedaannya pada perubahan ini ditambahkan peran laki-laki yang menggunakan topeng Jingga. Properti topeng yang digunakan dalam tarian ini mewakili dua perbedaan karakter manusia, yaitu topeng Panji berwarna putih sebagai sifat baik serta lembut, dan  topeng Jingga berwarna merah sebagai sosok manusia jahat berkarakter gagah. Tari Topeng Gegot juga dapat dimaknai sebagai penggambaran ketertarikan seorang laki-laki terhadap kecantikan dan kelembutan seorang perempuan. Untuk pertama kalinya Haji Dali dan Benih membawakan tari Topeng Gegot berpasangan yang dipentaskan di Gedung Merdeka. Seiring waktu, tari Topeng Gegot mulai sering dibawakan berpasangan dalam jumlah beberapa pasang sehingga lebih menarik untuk ditonton.
Tahun 2000-an seluruh gerakan tari Topeng Gegot mulai dibakukan, termasuk latar belakang dan makna di dalamnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada perbedaan serta kesimpangsiuran dalam gerakan tari Topeng Gegot karena beberapa sanggar tari Betawi mulai banyak yang menarikannya. Kartini Kisam sebagai maestro tari Topeng Betawi dari generasi kedua berperan penting dalam proses pembakuan gerakan tari Topeng Gegot ini, dibantu oleh saudara-saudaranya Entong Kisam dan Atit Supriyatin. Tahun 2004 tari Topeng Gegot berubah menjadi seperti asalnya yaitu tarian yang dibawakan oleh penari wanita menggunakan topeng putih. Perubahan disebabkan usia penari laki-laki generasi kedua Topeng Betawi yang sudah tidak bugar lagi, sementara peminat penari laki-laki dari kalangan muda sangat kurang. Tidak adanya regenerasi penari laki-laki menjadikan tari Topeng Gegot jarang ditampilkan secara berpasangan. Namun demikian bentuk tari Topeng Gegot tetaplah tarian kelompok berpasangan meski kenyataan sekarang lebih banyak ditarikan oleh perempuan dengan menggunakan topeng putih. Untuk lebih menarik, tari Topeng Gegot ini dikembangkan lagi oleh Entong Kisam dan puteranya Kris Entong sehingga menjadi lebih “pas” saat hanya ditarikan oleh penari perempuan saja, tetapi juga tidak aneh jika ditarikan berpasangan. Perubahan-perubahan dalam penyajian tari Topeng Gegot tidak serta merta mengubah gerakan aslinya, melainkan hanya menyesuaikan saja. Kreasi rias dan busana juga diperbolehkan asalkan tidak merusak dan mengubah wajah, karakter serta bentuk asli tari Topeng Gegot yang asli.
Busana yang dikenakan penari Topeng Gegot tidak jauh berbeda dengan penari Topeng Betawi lainnya. Kebaya ropen dengan pola tiga warna di bagian ujung lengan dan bawahan kain batik Betawi. Toka-toka dengan desain tradisional, yaitu dua bidang kain yang dipasangkan melintang membentuk huruf X di bagian dada penari. “Ampreng” dikenakan di pinggang untuk menutup bagian perut ke bawah. “Andong” untuk menutupi panggul hingga bagian belakang lutut. Dua buah selendang yang disangkutkan di bagian pinggang, satu selendang berfungsi sebagai perlengkapan tari sedangkan satu lagi asesoris busana. Rambut berupa konde cepol dan memakai “kembang topeng” hiasan kepala khas penari Topeng Betawi. Riasan para penari biasanya sederhana, menggunakan rias cantik tetapi tidak tebal berupa alas bedak, bedak, eye shadow, blash on, dan lipstick. Alat musik yang digunakan adalah “gamelan topeng” terdiri dari gendang, ancang kenong berpencong tiga, rebab, kecrek, gong, dan kempul.

Posting Komentar

0 Komentar